Gambar ilustrasi gempa bumi |
ada 5 Jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya. Gempa bumi adalah peristiwa getaran atau goncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di bawahnya. Gempa bumi dapat menghasilkan gelombang seismik yang dapat merambat melalui bumi dan menyebabkan goncangan pada lokasi yang jauh dari sumber gempa.
Gempa bumi dapat terjadi di berbagai daerah di dunia dan memiliki berbagai skala kekuatan. Skala kekuatan gempa bumi umumnya diukur menggunakan skala magnitudo atau skala Richter. Gempa bumi dengan magnitudo rendah biasanya tidak terlalu dirasakan, sedangkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang serius dan bahkan menimbulkan korban jiwa.
Dalam beberapa kasus, gempa bumi dapat memicu bencana lain seperti tsunami (gelombang laut yang dahsyat), longsor, atau letusan gunung berapi. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pengetahuan tentang gempa bumi dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi dampaknya. Berikut lima Jenis gempa bumi berdasarkan penyebabnya.
5 jenis gempa bumi
1. Gempa tektonik
Gempa tektonik adalah jenis gempa bumi yang paling umum terjadi di dunia. Gempa ini disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik di kerak bumi. Permukaan bumi terdiri dari sejumlah besar lempeng tektonik yang saling bergerak relatif satu sama lain. Ketika lempeng-lempeng ini saling bertabrakan, bergerak menjauh, atau meluncur melewati satu sama lain, energi terperangkap dalam batuan di sekitar zona kontak lempeng.
Ketika tekanan akumulasi melebihi batas kekuatan batuan, energi tersebut dilepaskan secara tiba-tiba dan menyebabkan gempa bumi. Pergerakan lempeng tektonik ini dapat terjadi di berbagai jenis zona sesar, seperti sesar mendatar (transform), sesar geser (strike-slip), atau sesar miring (thrust).
Gempa tektonik memiliki berbagai skala magnitudo, dari yang kecil hingga yang besar. Skala magnitudo gempa mengukur seberapa besar energi yang dilepaskan dan dapat digunakan untuk memperkirakan dampak potensial gempa tersebut. Gempa tektonik yang memiliki magnitudo yang tinggi dan pusat gempa dekat permukaan bumi dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan, termasuk keruntuhan bangunan, retakan pada jalan dan infrastruktur, serta bahaya lainnya seperti tsunami jika terjadi di dekat laut.
Gempa tektonik seringkali terjadi di wilayah dengan aktivitas tektonik yang tinggi, seperti Cincin Api Pasifik. Di wilayah ini, beberapa lempeng tektonik bertemu dan saling berinteraksi secara kompleks, menyebabkan serangkaian gempa bumi yang terjadi secara teratur. Namun, gempa tektonik juga dapat terjadi di daerah yang tidak terlalu aktif secara tektonik, meskipun jarang.
Gempa tektonik menjadi fokus utama studi ilmiah dalam bidang seismologi dan geologi. Melalui pemahaman tentang sifat gempa tektonik, para ilmuwan dapat berusaha untuk memprediksi, mengurangi risiko, dan meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap dampak gempa bumi.
2. Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik terjadi di daerah vulkanik sebagai akibat dari aktivitas magma di bawah permukaan bumi. Daerah vulkanik terbentuk ketika magma dari dalam bumi naik ke atas dan mencapai permukaan melalui saluran vulkanik yang ada. Ketika magma mendekati permukaan, tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan pergeseran atau pecahnya batuan di sekitarnya, yang menghasilkan gempa vulkanik.
Proses terjadinya gempa vulkanik melibatkan interaksi antara magma, gas vulkanik, dan batuan di sekitarnya. Saat magma naik ke atas melalui saluran vulkanik, tekanan yang dihasilkan oleh gas-gas yang terlarut dalam magma dapat memicu gempa vulkanik. Gempa vulkanik juga dapat terjadi ketika tekanan magma yang terperangkap dalam saluran vulkanik tidak dapat menahan lagi dan melepaskan energi dengan tiba-tiba.
Gempa vulkanik sering kali merupakan tanda akan terjadinya aktivitas vulkanik yang lebih besar, seperti letusan gunung berapi. Gempa-gempa ini dapat memberikan petunjuk kepada para ahli vulkanologi tentang pergerakan dan akumulasi magma di bawah permukaan, serta memberikan sinyal awal tentang potensi letusan yang akan datang.
Keberadaan gempa vulkanik dapat menjadi indikator aktivitas vulkanik yang meningkat. Peningkatan frekuensi dan kekuatan gempa vulkanik dapat menunjukkan peningkatan tekanan dan pergerakan magma di bawah permukaan. Oleh karena itu, pemantauan gempa vulkanik menjadi salah satu metode penting dalam pengawasan gunung berapi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat tentang potensi letusan dan mengurangi risiko yang mungkin timbul.
Gempa vulkanik dapat memiliki karakteristik yang berbeda dengan gempa tektonik. Mereka sering memiliki frekuensi yang lebih rendah dan amplitudo yang lebih besar. Selain itu, gempa vulkanik juga dapat terjadi pada kedalaman yang lebih dangkal dibandingkan dengan gempa tektonik.
Gempa vulkanik bukan hanya fenomena yang terjadi di dekat gunung berapi aktif, tetapi juga dapat terjadi di daerah yang tidak aktif secara vulkanik. Ini disebabkan oleh pergerakan magma atau perubahan tektonik yang terjadi di bawah permukaan dan dapat menyebabkan gempa vulkanik bahkan di daerah yang tidak secara tradisional dianggap sebagai wilayah vulkanik.
Studi tentang gempa vulkanik menjadi penting dalam pemahaman kita tentang aktivitas vulkanik dan mitigasi risiko bencana vulkanik. Dengan memantau dan menganalisis gempa vulkanik, para ilmuwan dapat meningkatkan pemahaman tentang proses vulkanik, memprediksi letusan gunung berapi, dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di dekat wilayah vulkanik.
3. Gempa Amblesan
Gempa amblesan, juga dikenal sebagai gempa tanah longsor, terjadi ketika lapisan tanah atau batuan yang longsor secara tiba-tiba. Ini bisa terjadi karena beberapa faktor, termasuk kondisi alam, aktivitas manusia, dan guncangan dari gempa tektonik.
Salah satu penyebab umum gempa amblesan adalah curah hujan yang berlebihan. Ketika tanah yang jenuh air mengalami peningkatan beban, kekuatan geser antara partikel-partikel tanah berkurang, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya longsoran tanah. Gempa amblesan yang dipicu oleh hujan berlebihan sering terjadi di daerah dengan lereng curam dan tanah yang mudah longsor.
Aktivitas manusia juga dapat memicu terjadinya gempa amblesan. Pembangunan yang tidak memperhatikan tata ruang, penambangan yang tidak terkendali, deforestasi, dan perubahan tata guna lahan dapat melemahkan stabilitas lereng dan menyebabkan longsoran tanah. Aktivitas manusia yang mengubah keadaan alam dapat merusak kelestarian lingkungan, memperburuk risiko terjadinya gempa amblesan.
Selain itu, gempa tektonik juga dapat memicu terjadinya gempa amblesan. Guncangan yang disebabkan oleh gempa tektonik dapat mengganggu stabilitas lereng dan memicu longsoran tanah di daerah yang rentan. Pergeseran lempeng tektonik dapat merusak struktur geologi yang ada dan melemahkan stabilitas lereng, sehingga meningkatkan risiko terjadinya gempa amblesan.
Gempa amblesan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Longsoran tanah yang terjadi akibat gempa amblesan dapat menghancurkan bangunan, infrastruktur, dan tanaman pertanian. Selain itu, gempa amblesan juga dapat menyebabkan blokade aliran sungai, terbentuknya bendungan alamiah, dan bahkan menyebabkan perubahan dalam pola aliran air permukaan.
Pengendalian dan mitigasi gempa amblesan melibatkan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko dan kerusakan yang ditimbulkannya. Ini termasuk pemantauan lereng yang rentan, pengendalian tata guna lahan yang baik, rekayasa perlindungan lereng, dan sistem peringatan dini untuk memperingatkan penduduk terdampak. Edukasi masyarakat tentang ancaman gempa amblesan dan langkah-langkah yang dapat diambil juga penting dalam mempersiapkan diri menghadapi risiko tersebut.
4. Gempa Intraplate
Gempa intraplate terjadi di dalam lempeng tektonik tunggal di tengah lempeng besar, di luar batas-batas lempeng tektonik yang lebih terkenal seperti batas divergen, konvergen, atau transform. Meskipun tidak sepenuhnya dipahami, gempa ini dapat terjadi karena beberapa faktor.
Salah satu penyebab gempa intraplate adalah pergerakan magma di bawah permukaan. Ketika magma naik ke atas melalui lempeng tektonik, pergerakan dan akumulasi magma dapat menyebabkan tekanan dan stres yang akhirnya memicu gempa intraplate. Gempa ini seringkali terkait dengan aktivitas vulkanik, meskipun tidak selalu terjadi di dekat gunung berapi aktif.
Selain itu, gempa intraplate juga dapat terjadi karena tegangan yang tertinggal dari pergerakan lempeng tektonik sebelumnya. Ketika lempeng tektonik bergerak atau bertabrakan di masa lalu, tegangan dan energi dapat tersimpan di dalam kerak bumi. Tekanan ini dapat akhirnya dilepaskan dalam bentuk gempa intraplate, bahkan di wilayah yang jauh dari batas lempeng.
Ada juga teori bahwa gempa intraplate dapat terjadi karena proses geologis seperti penggalian mantel bumi, rekristalisasi batuan, atau redistribusi tekanan di dalam lempeng tektonik. Namun, penjelasan yang pasti tentang mekanisme terjadinya gempa intraplate masih menjadi subjek penelitian aktif dan masih belum sepenuhnya dipahami.
Gempa intraplate sering kali terjadi di wilayah yang tidak dikenal sebagai zona gempa bumi yang aktif. Misalnya, di bagian dalam lempeng benua yang relatif stabil atau di daerah pedalaman benua yang jauh dari batas lempeng aktif. Contoh terkenal dari gempa intraplate adalah gempa New Madrid yang terjadi di Amerika Serikat tengah pada awal abad ke-19, yang mengguncang daerah yang jauh dari batas lempeng tektonik yang terkenal.
Gempa intraplate dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan infrastruktur di wilayah yang terkena dampak. Karena seringkali terjadi di daerah yang kurang siap menghadapi gempa, gempa intraplate sering kali mengejutkan dan dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
Pemahaman yang lebih baik tentang gempa intraplate penting untuk mitigasi risiko dan perlindungan masyarakat. Pengembangan sistem peringatan dini yang efektif, pemantauan aktivitas seismik di wilayah yang rentan, dan edukasi masyarakat tentang tindakan yang harus diambil dalam situasi gempa dapat membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh gempa intraplate.
5. Gempa Induksi
Gempa induksi, juga dikenal sebagai gempa bergeser atau gempa tidak langsung, terjadi sebagai akibat dari aktivitas gempa bumi jauh yang menghasilkan gelombang seismik. Gelombang ini dapat merambat melalui kerak bumi dan mempengaruhi wilayah yang jauh dari sumber gempa tersebut. Gempa induksi terjadi di daerah yang jauh dari pusat gempa utama dan dapat memicu getaran tanah.
Gempa induksi terjadi ketika gelombang seismik melintasi lapisan batuan di bawah permukaan bumi dan menyebabkan pergeseran atau getaran tanah di daerah yang jauh dari sumber gempa. Gelombang seismik ini dapat merambat melalui kerak bumi dan mencapai daerah yang sensitif terhadap getaran, seperti daerah dengan formasi geologis yang tidak stabil atau tanah yang lunak.
Gempa induksi umumnya memiliki amplitudo yang lebih rendah dibandingkan dengan gempa primer atau gempa lokal yang terjadi di dekat sumber gempa. Namun, meskipun amplitudonya lebih kecil, gempa induksi masih dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur yang tidak dirancang untuk menahan guncangan seismik.
Salah satu contoh gempa induksi yang terkenal adalah gempa Loma Prieta yang terjadi di California pada tahun 1989. Gempa ini memiliki episenter di Laut California Utara, tetapi menyebabkan kerusakan yang signifikan di San Francisco Bay Area yang berjarak sekitar 100 kilometer dari pusat gempa. Gempa induksi seperti ini terjadi karena gelombang seismik yang merambat melalui tanah dan batuan di bawah permukaan dan memicu getaran tanah di daerah yang lebih jauh.
Penting untuk memahami bahwa gempa induksi adalah fenomena yang rumit dan bergantung pada banyak faktor, termasuk jarak dari sumber gempa, sifat geologi dan topografi wilayah yang terkena dampak, serta amplitudo dan frekuensi gelombang seismik yang mencapai daerah tersebut.
Pengurangan risiko gempa induksi melibatkan pemahaman yang baik tentang kerentanan wilayah terhadap getaran seismik dan penerapan peraturan bangunan yang ketat. Meningkatkan kekuatan dan ketahanan struktural bangunan, pemantauan aktivitas seismik, dan pengembangan sistem peringatan dini dapat membantu melindungi masyarakat dan infrastruktur dari dampak gempa induksi.
Studi lebih lanjut tentang gempa induksi dan pengaruhnya terhadap wilayah yang jauh dari pusat gempa utama diperlukan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang mekanisme dan karakteristik gempa ini. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif dan meningkatkan keamanan masyarakat dalam menghadapi risiko gempa bumi induksi.
Cara Penyelamatan Diri dari Gempa Bumi
Gempa bumi adalah fenomena alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa adanya peringatan. Di Indonesia, negara dengan sejarah gempa bumi yang sering terjadi, penting bagi setiap individu untuk mengetahui cara-cara penyelamatan diri saat menghadapi gempa bumi. Dalam artikel ini, akan dibahas langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri sendiri ketika terjadi gempa bumi.
1. Mengenali Tanda-tanda Awal Gempa Bumi
Sebelum gempa bumi terjadi, seringkali terdapat tanda-tanda awal yang dapat dikenali. Beberapa tanda-tanda tersebut antara lain getaran kecil, bergoyangnya benda-benda kecil, atau suara gemuruh dari dalam tanah. Jika Anda merasakan tanda-tanda seperti itu, segera bersiaplah menghadapi gempa bumi.
2. Menjaga Kesiapan dan Persiapan
Kesiapan dan persiapan sebelum terjadi gempa bumi sangatlah penting. Anda perlu membuat rencana tanggap darurat keluarga, termasuk mengidentifikasi tempat perlindungan yang aman di dalam atau di luar rumah. Selain itu, pastikan Anda memiliki perlengkapan darurat seperti senter, baterai cadangan, radio portabel, dan persediaan makanan serta air yang cukup untuk beberapa hari.
3. Mencari Tempat Perlindungan yang Aman
Saat terjadi gempa bumi, langkah selanjutnya adalah mencari tempat perlindungan yang aman. Jika Anda berada di dalam rumah, carilah tempat yang terlindungi seperti di bawah meja yang kokoh atau di sudut ruangan. Hindari jendela, cermin, dan barang pecah belah lainnya yang dapat membahayakan Anda. Jika Anda berada di luar ruangan, jauhilah bangunan, pohon, dan tiang listrik yang dapat roboh.
Apabila Anda berada di dalam mobil, segera berhenti di tempat yang aman, jauh dari jembatan, viaduk, atau pohon yang dapat roboh. Pastikan juga untuk tidak berada di dekat jurang atau sungai yang dapat mengalami longsor atau banjir. Setelah itu, tetaplah berada di dalam mobil dan hindari melintasi jalan yang rusak atau terdapat reruntuhan bangunan.
4. Bertindak Saat Terjadi Gempa Bumi
Ketika gempa bumi sedang terjadi, pertahankan ketenangan dan jangan panik. Jika Anda berada di dalam ruangan, berlindunglah di tempat perlindungan yang telah Anda identifikasi sebelumnya. Tekuk tubuh Anda dan tutuplah kepala dengan tangan untuk melindungi diri dari benda-benda yang mungkin jatuh. Jangan mencoba melarikan diri ke luar bangunan selama gempa bumi masih berlangsung.
Jika Anda berada di luar ruangan dan tidak ada tempat perlindungan yang aman di sekitar Anda, jauhilah bangunan, tiang listrik, dan pohon tinggi. Carilah daerah terbuka yang jauh dari benda-benda yang dapat roboh. Jangan berada di dekat tebing atau lereng yang dapat longsor.
5. Evakuasi Setelah Gempa Bumi Berakhir
Setelah gempa bumi berakhir, tetap tenang dan hati-hati. Periksa diri sendiri dan pastikan Anda tidak mengalami cedera serius. Jika Anda berada di dalam gedung yang rusak atau tidak aman, segera evakuasi ke tempat yang lebih aman. Ikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan jika ada, dan hindari menggunakan lift.
Jika Anda berada di daerah pesisir, waspadai kemungkinan terjadinya tsunami setelah gempa bumi. Jika mendapatkan peringatan tsunami, segera pindah ke daerah yang lebih tinggi atau ke tempat evakuasi yang telah ditentukan.
6. Persiapan Pasca Gempa Bumi
Setelah gempa bumi, tetap waspada terhadap adanya gempa susulan. Gempa susulan adalah gempa bumi kecil yang terjadi setelah gempa utama. Pastikan Anda tetap mengikuti perkembangan informasi dari sumber resmi dan memperhatikan peringatan dari pihak berwenang.
Periksa juga kondisi bangunan dan lingkungan sekitar Anda sebelum memutuskan untuk kembali ke dalam bangunan. Hindari mengakses atau mendekati bangunan yang terlihat rusak atau tidak stabil. Jika Anda melihat adanya tanda-tanda bahaya, segera laporkan ke pihak berwenang.
7. Langkah-langkah Pencegahan Selanjutnya
Selain mengenali tanda-tanda awal gempa bumi dan mengetahui langkah-langkah penyelamatan diri, penting juga untuk melakukan langkah-langkah pencegahan selanjutnya. Pastikan rumah atau bangunan tempat Anda tinggal memenuhi standar keamanan gempa bumi. Perkuat struktur bangunan dengan bantuan ahli konstruksi dan pastikan bahan bangunan yang digunakan kuat dan tahan gempa.
8. Menjaga Kewaspadaan dan Kesiapan Diri
Gempa bumi dapat terjadi tanpa adanya peringatan. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan siap menghadapi situasi darurat. Selalu perbarui pengetahuan Anda mengenai gempa bumi dan cara penyelamatan diri. Pastikan Anda memiliki persediaan darurat yang cukup untuk beberapa hari, termasuk makanan, air, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.
9. Perlunya Sosialisasi dan Pelatihan
Sosialisasikan pengetahuan mengenai gempa bumi dan cara penyelamatan diri kepada keluarga, teman, dan tetangga. Selain itu, ikuti pelatihan atau kegiatan edukatif yang diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga terkait. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat, dapat membantu mengurangi risiko dan dampak negatif akibat gempa bumi.
10. Bantuan dan Koordinasi dengan Tim Penyelamat
Jika terjadi gempa bumi yang besar dan mengakibatkan kerusakan yang luas, penting untuk menghubungi tim penyelamat atau pihak berwenang setempat. Laporkan kondisi dan keadaan Anda, serta berikan informasi yang diperlukan untuk membantu upaya penyelamatan. Ikuti instruksi dan arahan dari tim penyelamat yang berwenang.
11. Membantu Orang Lain
Selama situasi darurat gempa bumi, kita juga dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Bersikaplah empati dan saling tolong-menolong dengan tetangga, teman, dan komunitas sekitar. Jika memungkinkan, berikan bantuan pertama kepada orang yang terluka dan cari cara untuk membantu mereka yang membutuhkan perlindungan dan perawatan.
12. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Gempa bumi dapat memberikan dampak fisik dan mental yang besar. Jaga kesehatan Anda dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan tetap tenang dalam menghadapi situasi. Berbicaralah dengan orang-orang terdekat untuk mendapatkan dukungan emosional dan psikologis. Jika diperlukan, cari bantuan dari profesional kesehatan mental.
13. Menggunakan Teknologi untuk Pemberitahuan Dini
Manfaatkan teknologi yang ada untuk menerima pemberitahuan dini mengenai gempa bumi. Unduh aplikasi atau langganan layanan pesan singkat yang memberikan informasi mengenai gempa bumi dan peringatan dini. Pastikan juga untuk mengikuti akun media sosial atau situs web resmi yang menyediakan informasi terkini mengenai gempa bumi.
14. Mengenal Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi
Indonesia memiliki sistem peringatan dini gempa bumi yang dikenal sebagai InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Sistem ini memberikan peringatan dini mengenai gempa bumi dan potensi tsunami. Ketahui bagaimana sistem peringatan ini bekerja dan pahami tanda-tanda peringatan yang diberikan. Ikuti instruksi dan arahan yang diberikan oleh sistem peringatan dini tersebut.
15. Mengikuti Panduan Resmi dan Sumber Keandalan
Terakhir, pastikan Anda mengikuti panduan resmi dan memperoleh informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Pemerintah, badan penanggulangan bencana, dan lembaga terkait lainnya menyediakan panduan dan informasi yang penting dalam menghadapi gempa bumi. Pastikan Anda selalu mengikuti arahan dan petunjuk yang diberikan oleh pihak berwenang.
Kesimpulan
Dalam menghadapi gempa bumi, penting bagi setiap individu untuk mengetahui cara penyelamatan diri. Mengenali tanda-tanda awal, menjaga kesiapan dan persiapan, mencari tempat perlindungan yang aman, bertindak dengan tenang selama gempa bumi, serta mengikuti langkah-langkah pencegahan dan petunjuk resmi adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan. Dengan pengetahuan dan persiapan yang baik, kita dapat melindungi diri sendiri dan membantu orang lain saat terjadi gempa bumi.