Teuku Markam, Pengusaha Aceh Penyumbang 28 Kg Emas Monas Yang Kisahnya berakhir Di penjara Karena Dituduh PKI

Teuku Markam

Nama Teuku Markam memanglah tidak setenar figur yang lain dari Aceh, semisal Cut Nyak Dien.

Pria yang lahir pada tanggal 12 Maret 1924 itu berperan pada ekonomi Indonesia saat baru merdeka.

Sebagai pebisnis, ia menolong negara lewat keterkaitannya dalam beragam project infrastruktur dan bantuan hartanya.

Tetapi, kontributor itu seakan-akan jadi tidak berharga saat didakwa PKI dan usai di penjara.

Teuku markam penyumbang emas monas

Teuku markam penyumbang emas monas

Di periode awalnya kemerdekaan, Teuku Markam adalah dari sedikit orang Indonesia yang profesinya sebagai pebisnis.

Beragam usaha digerakkannya, dimulai dari export-impor besi, beton, sampai plat-plat baja.

Keberhasilan di dunia usaha pasti membuat hidupnya dilimpahi kekayaan.

Bahkan juga, ia disebut pernah memiliki predikat jadi orang paling kaya se-Indonesia.

Oleh karena itu, tidaklah aneh bila Markam dapat menyumbangkan emas untuk Monas.

Salah satunya daya magnet dari Monas ialah sisi pucuknya yang dilapis 38 kg emas.

Nach dari 38 kg emas itu, 28 kg salah satunya sebagai bantuan dari Teuku Markam.

Tidak itu saja, Markam sering dikatakan sebagai salah satunya orang yang ikut peran dalam membebaskan area Senayan jadi pusat olahraga.

Belum lagi, namanya kerap dikatakan sebagai salah satunya investor khusus terlaksananya Pertemuan Asia-Afrika di tahun 1955.

Teuku Markam ialah pebisnis kaya Aceh pada zaman pemerintah Presiden RI Soekarno.

Biodata Teuku Markam

Terlahir di Panton Labu, Aceh Utara tahun 1925, Teuku Markam tidak sempat lulus SD.

Pendidikan yang dilakukan Teuku Markam cuma sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat).

Semenjak kecil, Teuku Markam hidup sebagai anak yatim piatu.

Teuku Markam kehilangan ayahnya, Teuku Marhaban saat berumur sembilan tahun  dan ibunda Teuku Markam telah wafat terlebih dulu.

Seperginya ke-2 orangtuanya, Teuku Markam diasuh oleh si kakak, Cut Nyak Putroe.

Saat dewasa, Teuku Markam turut serta dalam pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat yang didanai oleh Bank Dunia.

Walau jadi alumnus militer, tetapi perjuangan Teuku Markam benar-benar jauh dari aslinya itu.

Teuku Markam malah masuk ke dunia usaha dengan membangun PT. Karkam dan banyak berjasa dalam pembangunan Indonesia.

Teuku Markam berusaha lewat hartanya yang bejibun dan sumbangsihnya benar-benar berguna untuk bangsa.

Karena jasa Teuku Markam, Presiden Soekarno benar-benar mengucapkan terima kasih ke pria dari Aceh itu.

Sayang, walau demikian berjasa ke negara, Teuku Markam justru terhina oleh bangsanya sendiri.

Teuku Markam sempat menempati rangking orang paling kaya di Indonesia.

Ketika warga tidak terpikirkan menekuni usaha sebagai karier, Teuku Markam malah telah melakukan.

Teuku Markam ada dan bergulat dengan beberapa usaha sampai pada akhirnya jadi saudagar yang sukses.

Beragam usaha ditelateni Teuku Markam dimulai dari export import, besi beton, sampai plat-plat baja.

Dengan semua jenis usaha yang ditekuninya, tidaklah aneh pada akhirnya Teuku Markam jadi benar-benar kaya.

Kekayaan Teuku Markam bisa ditunjukkan dengan bantuan emas 28kilogram untuk pucuk monas yang sekarang ini bisa kelihatan.

Selainnya menyumbangkan emas Teuku Markam ikut juga peran dalam pembebasan tempat Senayan menjadi pusat olahraga.

Tidak itu saja, Teuku Markam ikut juga mengongkosi beragam jenis yang berkaitan dalam melepas Indonesia dari penjajahan Belanda.

Kisah tragis Teuku Markam

Sayang, nasib baik tidak selamanya menemani perjalanan hidup Teuku Markam.

Masalahnya malah tidak dipandang dan dianggap oleh negara walau mempunyai jasa yang besar untuk Indonesia.

Saat pemerintah Soeharto, Teuku Markam ditangkap dan dijebloskan ke penjara dengan dakwaan turut serta dengan PKI.

Ia dipandang seperti golongan penyembah Soekarno dan pada akhirnya Teuku Markam dijebloskan ke penjara di tahun 1966.

Kesengsaraan Teuku Markam di penjara nampaknya belum usai.

Masalahnya PT. Karkam kepunyaannya yang sudah berjasa untuk pembangunan ekonomi diambil dan jadi punya negara.

Lebih tragis kembali, tidak ada harta sedikitpun yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya.

Hal itu membuat keluarga Teuku Markam hidup terlunta-lunta.

Keadaan itu demikian bertolak-belakang pasa kehidupan mereka awalnya benar-benar berkecukupan.

Bahkan juga, saat Teuku Markam keluar penjara pada tahun 1974, ia dan keluarga masih tetap kesusahan untuk kembali memperoleh hartanya kembali.

LihatTutupKomentar