Tata Cara Shalat Idul Adha Menurut Muhammadiyah

Tata Cara Shalat Idul Adha Menurut Muhammadiyah

Tata Cara Shalat Idul Adha Menurut Muhammadiyah-Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Saudaraku seiman yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Mendekati salah satu hari raya terbesar dalam Islam, Idul Adha, atau yang sering kita sebut Hari Raya Kurban, ada satu ibadah agung yang menjadi penanda utama hari tersebut: shalat Idul Adha. Sebagai seorang hamba yang taat, sudah selayaknya kita mengetahui dan melaksanakan ibadah ini sesuai tuntunan syariat. Dalam artikel ini, dengan niat tulus mencerdaskan umat dan mengajak kepada kebaikan, kita akan membahas tuntas mengenai tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah. Ini penting, anak-anakku sekalian, agar ibadah kita sah, diterima di sisi Allah, dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia. Jangan sampai niat baik kita beribadah, justru keliru dalam pelaksanaannya karena kurangnya ilmu. Artikel ini insya Allah akan membahas tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah secara rinci dan mudah dipahami, bahkan bagi yang baru belajar sekalipun. Mempelajari tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah adalah langkah awal untuk memastikan ibadah kita di hari yang mulia tersebut berjalan sempurna.

Mengapa Penting Mempelajari Tata Cara Shalat Idul Adha?

Saudaraku, shalat Idul Adha bukan sekadar tradisi tahunan yang ramai-ramai dilakukan di lapangan atau masjid. Ia adalah syi'ar Islam yang agung, penanda kebesaran Allah di hari Nahar (hari penyembelihan kurban) dan hari-hari Tasyriq. Shalat ini mengingatkan kita pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim alaihis salam dan putranya Ismail alaihis salam, serta ketaatan total mereka kepada perintah Allah.

Melaksanakan shalat Idul Adha dengan benar adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
(QS. An-Nisa: 59)
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Ayat ini jelas memerintahkan kita untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ibadah, ketaatan kepada Rasul berarti mengikuti segala apa yang beliau ajarkan dan contohkan. Termasuk dalam hal shalat Idul Adha. Jika kita melakukannya asal-asalan, tanpa ilmu yang benar, khawatir ibadah kita kurang sempurna bahkan mungkin tidak sesuai dengan tuntunan beliau. Ini yang harus kita hindari!

Baca Juga: Cara sholat idul adha di rumah sesuai sunnah

Prinsip Muhammadiyah dalam Beragama: Kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah

Organisasi Muhammadiyah memiliki metodologi tersendiri dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, yang dikenal dengan Manhaj Tarjih. Prinsip dasarnya adalah kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah (hadits-hadits yang sahih) dalam menetapkan hukum dan tata cara ibadah. Ini bukan berarti menolak pendapat ulama lain, tapi menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber rujukan tertinggi dan penentu utama.

Oleh karena itu, tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah adalah hasil dari kajian mendalam terhadap dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih mengenai pelaksanaan shalat Id. Tujuannya satu: memastikan ibadah kita murni bersumber dari ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tanpa tambahan atau pengurangan yang tidak ada dasarnya dari beliau.

Persiapan Sebelum Menuju Lapangan Shalat Id

Sebelum kita melangkahkan kaki menuju tempat pelaksanaan shalat Id, ada beberapa amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Ini bagian dari kesempurnaan ibadah Idul Adha kita:

  • Mandi dan Bersuci: Disunnahkan mandi sebelum berangkat shalat Id, sebagaimana mandi sebelum shalat Jumat. Ini menunjukkan kesucian dan persiapan terbaik kita menghadap Allah di hari yang mulia. Gunakan wangi-wangian (bagi laki-laki).
  • Mengenakan Pakaian Terbaik: Tidak harus baru, tetapi pakaian yang bersih, rapi, dan terbaik yang kita miliki. Ini adalah bentuk mengagungkan syi'ar Allah dan menunjukkan kegembiraan menyambut hari raya.
  • Makan atau Tidak Makan Sebelum Shalat? Nah, ini perbedaannya dengan Idul Fitri. Saat Idul Fitri kita dianjurkan makan atau minum sedikit sebelum berangkat, sebagai tanda bahwa hari itu tidak lagi berpuasa. Namun, saat Idul Adha, kita dianjurkan untuk tidak makan apa-apa sebelum shalat. Makan disunnahkan setelah shalat dan bahkan disunnahkan makan daging dari hewan kurban yang kita sembelih.
  • Berangkat Pagi dan Berjalan Kaki: Disunnahkan berangkat ke tempat shalat (lapangan atau masjid) sejak pagi hari. Berjalan kaki lebih utama jika memungkinkan, kecuali ada uzur syar'i seperti sakit atau jarak yang sangat jauh.
  • Mengumandangkan Takbir: Sejak keluar rumah menuju tempat shalat, disunnahkan memperbanyak takbir. Lafadz takbirnya adalah: الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
    "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallah wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd."
    (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah, dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji).
    Takbir ini terus dikumandangkan dengan suara agak keras (terutama bagi laki-laki) hingga imam memulai shalat. Ini menciptakan suasana hari raya yang penuh pengagungan kepada Allah.

Tata Cara Shalat Idul Adha Menurut Muhammadiyah: Langkah demi Langkah

Setelah sampai di lokasi shalat, carilah tempat yang nyaman dan persiapkan diri. Shalat Idul Adha dilaksanakan sebanyak dua raka'at. Perlu diingat, tidak ada adzan dan iqamah untuk shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

Berikut adalah tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah secara rinci:

Raka'at Pertama:

  1. Niat: Hadirkan niat di dalam hati untuk melaksanakan shalat Idul Adha dua raka'at karena Allah Ta'ala. Niat ini tempatnya di hati, tidak perlu dilafadzkan dengan lisan secara khusus.
  2. Takbiratul Ihram: Mengangkat kedua tangan sejajar bahu atau telinga sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Ini adalah takbir pembuka shalat yang mengharamkan kita dari segala hal di luar shalat. Setelah takbiratul ihram, sedekapkan tangan di dada (posisi qiyam/berdiri).
  3. Membaca Doa Iftitah: Setelah takbiratul ihram, disunnahkan membaca doa iftitah, seperti dalam shalat fardhu atau shalat sunnah lainnya.
  4. Takbir Tambahan (Zawa'id): Setelah membaca doa iftitah, imam dan makmum melakukan takbir tambahan sebanyak tujuh (7) kali. Mengangkat tangan pada setiap takbir ini disunnahkan. Ucapkan "Allahu Akbar" sambil mengangkat tangan (atau tidak mengangkat tangan, keduanya ada dasarnya), lalu turunkan lagi ke posisi sedekap. Lakukan ini sebanyak 7 kali.
  5. Di Antara Takbir Tambahan: Menurut tarjih Muhammadiyah, tidak ada bacaan dzikir khusus yang wajib atau sunnah muakkadah di antara takbir tersebut berdasarkan hadits yang sahih dan sharih (jelas). Jika ingin membaca dzikir secara umum seperti tasbih, tahmid, tahlil, atau takbir, itu dibolehkan.
  6. Membaca Ta'awudz dan Basmalah: Setelah selesai melakukan 7 takbir tambahan, membaca A'udzu billahi minasy-syaitaanir-rajiim dilanjutkan Bismillahirrahmanirrahim.
  7. Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah dari awal hingga akhir.
  8. Membaca Surat Al-Qur'an Lain: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat Al-Qur'an lainnya. Surat yang dianjurkan dibaca pada raka'at pertama shalat Idul Adha adalah Surat Qaf atau Surat Al-A'laa. Imam membaca surat-surat ini dengan jahr (jelas dan terdengar).
  9. Ruku', I'tidal, Sujud, Duduk di Antara Dua Sujud, Sujud Kedua: Melakukan gerakan ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua sebagaimana dalam shalat fardhu biasa, dengan tuma'ninah.
  10. Bangkit untuk Raka'at Kedua: Bangkit dari sujud kedua untuk berdiri tegak, siap melaksanakan raka'at kedua.

Raka'at Kedua:

  1. Takbir Tambahan (Zawa'id): Setelah berdiri sempurna di raka'at kedua (sebelum membaca Al-Fatihah), melakukan takbir tambahan sebanyak lima (5) kali. Sama seperti raka'at pertama, mengangkat tangan pada setiap takbir ini disunnahkan, tetapi tidak wajib.
  2. Di Antara Takbir Tambahan: Sama seperti raka'at pertama, tidak ada bacaan dzikir khusus yang wajib atau sunnah muakkadah di antara takbir-takbir tambahan ini. Jika ingin membaca dzikir umum, itu dibolehkan.
  3. Membaca Basmalah: Setelah selesai melakukan 5 takbir tambahan, membaca Bismillahirrahmanirrahim. (Ta'awudz dibaca hanya di awal raka'at pertama).
  4. Membaca Surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah dari awal hingga akhir.
  5. Membaca Surat Al-Qur'an Lain: Setelah Al-Fatihah, disunnahkan membaca surat Al-Qur'an lainnya. Surat yang dianjurkan dibaca pada raka'at kedua shalat Idul Adha adalah Surat Al-Qamar atau Surat Al-Ghashiyah. Imam membaca surat ini dengan jahr.
  6. Ruku', I'tidal, Sujud, Duduk di Antara Dua Sujud, Sujud Kedua: Melakukan gerakan ruku', i'tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua sebagaimana dalam shalat fardhu biasa, dengan tuma'ninah.
  7. Tasyahhud Akhir: Setelah bangkit dari sujud kedua, duduk untuk tasyahhud akhir dan membaca bacaannya.
  8. Salam: Mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri shalat.

Ringkasan Poin Penting Tata Cara Shalat Idul Adha (Muhammadiyah):

  • Jumlah Raka'at: Dua (2) raka'at.
  • Tidak Ada Adzan dan Iqamah.
  • Raka'at Pertama: Takbiratul Ihram, Doa Iftitah, 7 kali takbir tambahan, Ta'awudz, Basmalah, Al-Fatihah, Surat pilihan (Qaf/Al-A'laa), Ruku' dst.
  • Raka'at Kedua: Berdiri, 5 kali takbir tambahan, Basmalah, Al-Fatihah, Surat pilihan (Al-Qamar/Al-Ghashiyah), Ruku' dst, Tasyahhud Akhir, Salam.
  • Di antara takbir tambahan (7x dan 5x), tidak ada dzikir khusus yang ditentukan secara sahih, namun dibolehkan berdzikir secara umum.
  • Disunnahkan membaca surat Qaf/Al-A'laa di raka'at pertama dan Al-Qamar/Al-Ghashiyah di raka'at kedua (imam membaca dengan jahr).

Setelah Shalat: Mendengarkan Khutbah Idul Adha

Setelah selesai shalat, imam akan naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbah Idul Adha. Mendengarkan khutbah ini adalah sunnah muakkadah, sangat dianjurkan, meskipun shalatnya sudah selesai. Berbeda dengan shalat Jumat di mana mendengarkan khutbah adalah wajib dan bagian yang tak terpisahkan dari shalat itu sendiri.

Khutbah Idul Adha biasanya berisi nasehat, ajakan meningkatkan takwa, pengingat akan syariat kurban, kisah Nabi Ibrahim, serta tausiyah tentang nilai-nilai pengorbanan, keimanan, dan kepedulian sosial. Duduk tenang dan mendengarkan khutbah adalah bentuk penghormatan kita terhadap syi'ar Islam dan upaya mengambil ilmu serta pengingat kebaikan.

Amalan Setelah Khutbah Idul Adha

Setelah khutbah selesai, biasanya jamaah saling bersalaman dan mengucapkan "Taqabbalallahu minna wa minkum" (Semoga Allah menerima amal dari kami dan dari kalian). Ini adalah ungkapan doa dan kebahagiaan.

Kemudian, amalan sunnah yang sangat dianjurkan dan terkait erat dengan Idul Adha adalah menyaksikan penyembelihan hewan kurban (jika memungkinkan) dan memakan sebagian daging kurban tersebut. Ini berdasarkan hadits:

Dari Buraidah radhiyallahu anhu, ia berkata:
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan beliau tidak makan pada hari raya Idul Adha sampai beliau pulang (dari shalat Id) lalu makan dari sembelihan kurbannya." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani).

Ini menunjukkan sunnah untuk makan setelah shalat Idul Adha, dan yang utama adalah makan dari daging kurban.

Menjawab Beberapa Pertanyaan Umum (Solusi dari Masalah yang Sering Muncul)

  • Bagaimana Jika Saya Terlambat dan Imam Sudah Memulai Shalat? Jika datang terlambat dan imam sudah dalam raka'at pertama, langsung bergabung dengan imam. Ikuti gerakan imam. Jika masbuk di raka'at pertama setelah imam selesai takbir tambahan, maka ketika berdiri untuk raka'at kedua, qadha (mengganti) takbir tambahan yang tertinggal di raka'at pertama sebanyak 7 kali. Jika masbuk di raka'at kedua setelah imam selesai takbir tambahan, maka ketika berdiri menyelesaikan raka'at pertama yang tertinggal, qadha takbir tambahan raka'at kedua sebanyak 5 kali. Jika khawatir bingung, cukup ikuti imam, shalat Anda tetap sah insya Allah.
  • Bagaimana Dengan Jamaah Wanita? Wanita sangat dianjurkan untuk ikut shalat Id di lapangan atau masjid, terpisah dari jamaah laki-laki. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para wanita, termasuk yang haid dan gadis pingitan, untuk keluar menuju tempat shalat Id, meskipun yang haid tidak ikut shalat tetapi menyaksikan kebaikan dan mendengarkan khutbah. Ini menunjukkan pentingnya syi'ar ini bagi seluruh umat Islam.
  • Bisakah Shalat Id Dilakukan di Rumah? Shalat Id adalah shalat yang disyariatkan untuk dikerjakan secara berjamaah di lapangan atau masjid. Melaksanakannya sendiri di rumah tanpa ada uzur syar'i (seperti sakit, sangat jauh, atau kondisi darurat lainnya) tidak sesuai dengan tuntunan dan tujuan disyariatkannya shalat ini sebagai syi'ar yang nampak. Namun, jika memang ada uzur syar'i yang menghalangi shalat berjamaah di tempat umum, sebagian ulama membolehkan shalat Id dilakukan di rumah secara munfarid (sendiri) atau berjamaah dengan keluarga. Namun, ini adalah solusi ketika tidak ada pilihan lain, bukan keutamaan. Usahakan semaksimal mungkin shalat berjamaah di tempat yang ditentukan.
  • Bagaimana Jika Lupa Jumlah Takbir Tambahan? Jika ragu atau lupa apakah sudah 7 atau 5 kali takbir, lakukan yang diyakini atau yang paling mendekati jumlah tersebut, dan shalat tetap sah. Jangan biarkan keraguan membatalkan shalat. Syariat itu mudah, tetapi bukan berarti meremehkan. Berusaha untuk benar adalah kewajiban, tapi kekhilafan karena lupa adalah sesuatu yang dimaafkan.
  • Contoh Pelaksanaan Takbir Tambahan:

    Raka'at 1: Allahu Akbar (Takbiratul Ihram), Doa Iftitah. Lalu:

    Allahu Akbar (1), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (2), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (3), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (4), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (5), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (6), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (7).

    Raka'at 2: Berdiri dari sujud. Lalu:

    Allahu Akbar (1), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (2), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (3), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (4), (diam/dzikir umum), Allahu Akbar (5).

    Ini adalah contoh penerapannya. Lakukan dengan tenang dan khusyuk.

Mengapa Harus Mengikuti Sunnah?

Saudaraku, terkadang kita melihat perbedaan dalam pelaksanaan ibadah di masyarakat. Ada yang melakukan takbir tambahan dengan jumlah berbeda, ada yang membaca dzikir khusus di antaranya, dan sebagainya. Dalam konteks tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah, penekanannya selalu pada mencari dalil yang paling kuat dari Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih.

Mengikuti Sunnah bukan berarti anti terhadap yang lain, tetapi ini adalah upaya untuk beribadah sepersis mungkin dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliau adalah teladan terbaik kita. Beliau bersabda:

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Bukhari)

Ini adalah prinsip dasar dalam meneladani shalat Nabi, termasuk shalat Idul Adha. Jika kita ingin ibadah kita berkualitas, diterima, dan berpahala besar di sisi Allah, maka jalan terbaik adalah meneladani beliau.

Penutup: Raih Keberkahan Hari Raya Idul Adha

Saudaraku seiman, Idul Adha adalah hari yang penuh berkah, hari pengagungan, dan hari berbagi. Melaksanakan shalat Idul Adha dengan tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah yang berdasarkan Sunnah adalah salah satu cara terbaik kita mengawali hari tersebut. Ia adalah puncak dari syi'ar Idul Adha setelah sehari sebelumnya berpuasa Arafah (bagi yang tidak berhaji) dan mengumandangkan takbir sejak malam Id.

Mari kita siapkan diri dengan sebaik-baiknya. Pelajari panduan tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah ini, hafalkan bacaannya (terutama Al-Fatihah dan surat-surat pendek jika belum hafal surat yang lebih panjang), dan niatkan dalam hati untuk beribadah hanya karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita, menjadikan Idul Adha tahun ini penuh berkah, dan mengampuni segala dosa dan kesalahan kita. Jangan lupa pula untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama melalui ibadah kurban.

Demikianlah penjelasan mengenai tata cara shalat Idul Adha menurut Muhammadiyah. Semoga bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan kita dalam beribadah. Wallahu a'lam bish-shawab.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

LihatTutupKomentar